Liputan
Workshop Terdahulu
Selain kelas regular, saya juga senang membuat kelas dalam format workshop. Kadang saya berkolaborasi dengan pengajar lainnya sehingga materinya bisa padat dan beragam.
Hingga saat ini saya sudah berkolaborasi dengan beberapa guru yang kelas-kelasnya merupakan favorit saya seperti Thelma Wuisan dan Jane Setiawan. Pada segmen ini saya membagi kisah workshop yang sudah saya jalani, sendiri maupun kolaborasi, berikut foto-fotonya.
Nantikan liputan tentang workshop saya berikutnya di halaman ini!

Moving Meditation adalah salah satu latihan yang sering saya lakukan sejak pandemi ini terjadi. Di masa sebelum tahun 2020, saya tentunya selalu memilih melakukan latihan ini dalam setting kelas yang beramai-ramai. Malah saya pernah bela-belain ke Bali hanya untuk ikut dengan tema ini.
Di pertengahan tahun 2020, saat seluruh dunia panik dan bersedih karena virus Covid-19 melanda dunia, saya jadi sulit untuk duduk meditasi. Setiap saya duduk bersila di lantai pasti pikiran saya ramai dengan pikiran-pikiran buruk. Jadi saya berusaha mengingat-ingat berbagai latihan meditasi yang saya senangi dari awal saya belajar meditasi. Akhirnya saya mencoba moving meditation sendiri di rumah dengan diiringi satu lagu yang durasinya pendek. Ternyata setelah latihan saya langsung merasa lebih grounding dan tenang. Pada saat pikiran saya kemana-mana, latihan ini membantu saya untuk fokus, dan pada saat saya merasa minder, latihan ini membantu saya untuk merasa lebih percaya diri. Selain itu, pada saat saya merasa sedih, latihan ini bisa membantu saya merasa lebih lapang dada dan menerima situasi saya apa adanya. Akhirnya saya menjadikan moving meditation menjadi latihan rutin saya.


Menariknya, di saat yang sama beberapa murid dan teman ada yg bertanya soal meditasi karena sering merasa sulit untuk duduk diam. Akhirnya saya mulai mencatat kisi-kisi latihan moving meditation versi saya ini, yang mudah dan hanya butuh waktu singkat karena saya ingin sharing ilmu ini di kelas online saya yang berjudul “Special Class”. Special Class dalam program saya adalah kelas online dengan durasi singkat, yang selalu berisi teknik meditasi yang mudah untuk dipakai sehari-hari, dan dengan harga terjangkau. Karena tujuan saya adalah memberikan tool yang sederhana tapi jitu agar peserta yang ikut bisa langsung menerapkan ilmu yang saya berikan untuk latihan meditasi. Jadi moving meditation menjadi special class saya yang ketiga.
Pada hari H di hari Minggu 2 Januari 20202, sekitar 15 orang hadir untuk mengikuti kelas ini. Seperti biasa, di setiap kelas online saya pasti ada pilihan bagi para peserta untuk mematikan kamera Zoom mereka, karena biar bagaimanapun latihan meditasi adalah your own personal practice. Selesai kelas selesai, saya langsung mengirim email ke para peserta yang berisi link ke rekaman latihan ini yang bisa diakses selama sebulan; karena moving meditation baru akan terasa manfaatnya jika dilatih dengan rutin.

Last but not least, izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada para murid-murid dan teman-teman saya yang ikut special class ini: terima kasih atas kepercayaanmu kepada saya untuk memandu latihan meditasimu, remember to always be gentle to yourself, and have a wonderful meditation journey!





Terus terang ketika “Special Class” yang pertama selesai, saya tidak terpikir akan membuat workshop meditasi lagi di tahun ini. Tahun 2021 ini terasa lebih tricky karena kita masih dalam situasi pandemi, dan berbagai informasi masih lalu lalang dengan ramai, baik yang positif maupun negatif. Sayapun merasakan berbagai tantangan, walaupun baru satu bulan yang dilewati.
Ketika masuk ke bulan Februari, saya mulai sadar bahwa saya jadi sering memberikan saran tentang releasing practice ke beberapa murid dan teman-teman yang menghubungi saya. Saya sendiri mempunyai beberapa releasing practice yang rutin saya lakukan setiap minggu; jadi saya mulai pilah-pilah dari yang paling mudah sampai yang lumayan repot. Saya jadi terdorong untuk mengajarkan salah satu yang paling mudah dalam format mini workshop seperti special class di awal Januari tersebut. Tujuan saya adalah memberikan tool atau alat yang bisa membantu peserta melepaskan satu hal yang dirasakan tidak perlu lagi melalui latihan meditasi mereka. Dan tool ini akan saya kemas dalam bentuk kelas yang singkat, dengan harga terjangkau. Jadi selesai ikut kelas ini, ilmunya bisa terus dipakai karena praktis dan mudah.
Akhirnya special class yang kedua ini saya berikan di awal April dengan judul “Release & Relax”, karena bagi saya tujuan dari releasing practice adalah membuat tubuh, pikiran, napas dan segenap lapisan diri saya rileks dan tenang. Saya agak nekat mengadakan kelas ini pada saat long weekend, tapi saya optimis pasti yang merasa perlu akan ikut. Dan ternyata betul, yang mendaftar dan konfirmasi lebih banyak dari special class yang pertama. Saya betul-betul tidak menyangka dan tentunya bahagia sekali. Setiap hari saya meluangkan waktu untuk mempersiapkan materinya. Selain itu, saya juga berlatih dengan tool yang sama setiap hari.
Di Hari H sesi kami ini berjalan lancar. Saya yakin pasti para peserta langsung ingat karena tool yang saya berikan ini betul-betul singkat dan mudah untuk dipakai sehari-hari. Semoga dengan sudah kenalnya tool ini, latihan meditasi para peserta bisa semakin nyaman karena berbagai hal yang sudah tidak penting lagi bisa dilepas. Dari lubuk hati saya yang terdalam saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan para peserta semua, dan sampai jumpa di kelas saya yang berikutnya! ☺️

Menetapkan intensi atau intention setting untuk tahun yang baru sudah menjadi kebiasaan saya sejak lama. Apalagi ketika tahun 2018 saya mulai punya website untuk urusan kelas yoga saya. Saya jadi makin memperhatikan soal intensi ini karena saya ingin apa yang saya sampaikan di website dan media sosial saya sejalan dengan intensi hidup saya. Jadi jangan sampai tabrakan dan akhirnya susah untuk dijalankan.
Di tahun 2020 yang penuh dengan berita buruk ini, saya jadi sering membahas tentang intensi dan afirmasi. Apalagi ada beberapa murid dan teman yang bertanya tentang hal ini. Akhirnya saya tuangkan pengetahuan saya mengenai kedua hal ini di website ini (berikut ini link nya: www.yogawithchandrakj.com/post/intensi-afirmasi dan www.yogawithchandrakj.com/tips-membuat-afirmasi.
Kemudian sekitar bulan Oktober saya terpikir untuk mengadakan suatu kelas yang isinya meditasi dengan intensi dan afirmasi yang sama untuk menyambut tahun 2021. Berbagai ide dan inspirasi saya coret-coret di jurnal sampai akhirnya jadi konsep special class yang saya adakan hari Sabtu 2 Januari 2021, dengan sistem online lewat Zoom dan durasinya hanya 30 menit. Intensi saya adalah kita bersama-sama membuka tahun baru dengan rasa syukur dan hening bersama lewat meditasi.
Yang paling mengharukan adalah ternyata kelas ini disambut dengan semangat oleh teman-teman dan murid-murid. Dari sebelum Hari H sudah terasa excitement nya karena ada saja yang menghubungi saya lewat Whatsapp maupun telpon untuk membahas PR yang saya berikan agar special class ini bisa berjalan dengan mantap, singkat tapi padat. Dan ketika kelas ini sudah selesai, saya mendapat banyak feedback dan cerita penemuan hasil dari sesi meditasi tersebut.


Sekali lagi terima kasih bagi semua teman-teman yang sudah ikutan, semoga tools yang saya berikan bisa berguna di lain kesempatan. Jangan lupa untuk masukkan meditasi sebagai kegiatan rutinmu dan sampai jumpa di Special Class yang berikutnya! 🙂🙏🏻


PS: Terima kasih kepada Afrida dan Putri yang telah memberikan foto-fotonya pada saat mengerjakan PR Special Class ini.

Ide membuat suatu workshop khusus wanita sudah ada di benak saya sekitar tiga tahun lalu, tetapi saat itu rasanya apa yang saya ingin berikan masih sangat abstrak. Akhirnya saya coret-coret saja di jurnal setiap muncul ide dan inspirasinya.
Ketika tahun lalu saya melihat ada training yang berjudul “Women & Yoga”, saya langsung tertarik. Kebetulan training tersebut diadakan di Ubud, salah satu tempat favorit saya untuk menyepi. Guru yang mengadakan training ini, bernama Bex, sudah saya kenal dari beberapa tahun lalu dan saya juga pernah ikut salah satu kelasnya dan merasa cocok. Ketika saya mampir ke situsnya dan membaca tulisannya mengenai tujuan mengadakan training ini, saya langsung daftar. Pada awal Desember 2019 saya pergi ke Ubud, Bali, selama dua minggu untuk ikut training itu dan disitulah ide saya untuk workshop ini akhirnya bisa terwujud.
Tujuan saya mengadakan workshop ini adalah mengundang para perempuan untuk bisa merasa nyaman dengan tubuh sendiri dengan cara bergerak, yang idealnya setiap hari. Apalagi jika sudah senang dengan latihan yoga, ada banyak sekali gerakan yang bisa dieksplorasi, bahkan bisa lebih dari sekedar yoga asana yang sudah sering kita lakukan.
Terus terang merasa nyaman dengan tubuh adalah suatu proses yang saya jalani setiap hari. Sejak kecil saya rasanya sering sekali protes dengan tubuh saya sendiri. Latihan yogalah yang akhirnya membawa saya ke tempat dimana saya bisa merasa damai dengan tubuh saya, dan akhirnya merasa damai dengan semua lapisan dan nuansa yang ada di dalam diri saya. Bagi saya, acceptance itu akhirnya bisa mulai saya rasakan ketika saya berusia 28 tahun… itupun prosesnya bertahun-tahun sampai sekarang saat saya sudah berusia 43 tahun. But it’s all worth it 😌.

Bagi teman-teman perempuan saya yang ikut workshop ini, sekali lagi terima kasih banyak atas kepercayaannya dan semoga kita bisa semakin mencintai diri kita seutuhnya. Terima kasih juga bagi teman-teman yang memberikan foto-foto saya saat mengajar dan juga testimonialnya. Walaupun workshop ini diadakan secara online, tetapi ternyata rasa kehadiran para peserta tetap bisa saya rasakan. Selain itu, workshop ini jadinya bisa diikuti oleh peserta yang tinggal di luar kota dan yang tinggal di Jakarta tetapi memang membatasi keluar rumah karena kita masih dalam masa pandemi. Last but not least, terima kasih untuk Nujuh Bulan Yoga Studio atas bantuan dan kerjasamanya
Semoga kita bisa berkumpul lagi di Women’s Circle yang berikutnya!
Dulu ngira yoga cuma tentang ambisi gerakan sulit.
Ternyata makin kesini malah makin kenal diri sendiri lewat yoga.
Mendengarkan diri tanpa judgement.
Yang awalnya ngga betah duduk diam, nggak bisa napas tenang, sampe ke titik bisa menemukan rasa damai di tengah momen grounding atau tiba-tiba nangis haru sesenggukan di tengah gerakan yoga (ini kaget banget sih!)
Kalau kata mbak @chandra_kj seperti kupas bawang, layer demi layer dalam diri dikupas lewat gerakan dan afirmasi. Thank you mbak untuk workshop hari ini (dan kelas-kelas lainnya). Selalu inget sama penutup di akhir tiap meditasi.
Semoga apa yang kita pikirkan senantiasa baik dan damai.
Semoga apa yang kita ucapkan senantiasa baik dan damai,
Semoga apa yang kita rasakan senantiasa baik dan damai.
Namaste.
(testimoni oleh Frida)


Sesuai niat saya dan Jane, tahun ini kami mengadakan tiga workshop dalam seri ini dan judul workshop yang terakhir adalah “Mending a Broken Heart”. Tema yang cocok untuk menutup akhir tahun 😊
Kami memilih tema ini karena menurut kami luka di hati tidak hanya disebabkan oleh putus cinta saja, tetapi berbagai kehilangan juga menyebabkan hati terluka. Kadang saking sakitnya dada bisa terasa seperti tertindih dan napas menjadi pendek dan sesak. Jika hal ini dibiarkan terus menerus tentunya bisa merembet ke hal-hal lain yang lebih serius seperti kurang tidur, sakit punggung, dan lain-lain. Di workshop ini kami memberikan tools atau alat untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Alatnya adalah tubuh dan pikiran kita sendiri tentunya. Dan latihan-latihan yang kami berikan bisa diulang lagi untuk dilatih di rumah.
Workshop ini kami bagi dalam tiga tahap yang setiap tahapnya terdiri dari sesi yoga asana, sesi membuka bungkusan (yang sudah kami persiapkan) dan sesi menulis kilat:
-
Yoga asana kami taruh di paling awal tiap sesi karena kami mau menggunakan tubuh sebagai pintu pertama dalam membuka luka hati tersebut. Tubuh dibuat berkeringat dengan berbagai gerakan yoga yang fokusnya adalah core atau kekuatan otot perut sehingga hanya dalam 20 menit semua peserta sudah basah kuyup oleh keringat.
-
Sesi berikutnya adalah membuka bungkusan. Di sini para peserta dituntut untuk masuk ke meditative state dalam membuka bungkusan tersebut. Jadi tidak boleh saling berbicara karena semua harus fokus pada situasi mental dan emosional masing-masing. Selain itu kertas bungkusannya tidak boleh robek karena akan digunakan untuk menulis.
-
Selanjutnya masuk ke tahap menulis dimana hanya diberikan waktu sekitar 3 menit untuk menulis berbagai kata-kata singkat yang timbul pada saat yoga asana dan membuka bungkusan. Para peserta diminta untuk hanya menuliskan keywords, dan tidak boleh menulis dalam bentuk kalimat. Tujuannya adalah agar para peserta belajar untuk melepaskan emosi secara efisien dan mengurangi curhat yang tidak perlu.
Ketiga sesi di atas dilakukan berulang-ulang sebanyak tiga kali. Pada tahap membuka bungkusan yang terakhir para peserta menemukan dua buah coklat yang kami bungkus rapat-rapat. Kami ingin menggambarkan bahwa setiap tahap usaha yang membutuhkan kerja keras pasti ada hasil baiknya. Setelah tahap menulis yang terakhir selesai, para peserta saya pandu untuk masuk ke tahap relaksasi dan kemudian Savasana.
Setelah Savasana sekitar 7 menit, Jane membangunkan para peserta dan semuanya diminta untuk membaca lagi ketiga kertas yang sudah ditulis oleh berbagai keywords. Kemudian Jane memberikan instruksi untuk tahap selanjutnya yaitu menulis surat cinta bagi diri sendiri. Surat cinta ini dan kertas-kertas tadi tentunya tidak dikumpulkan ke kami karena ini adalah hal pribadi dan bisa dibaca lagi sebagai pengingat bahwa para peserta sudah sampai di tahap ini dalam menyembuhkan luka batinnya.
Pada akhir workshop kami semua duduk di dalam lingkaran dan melakukan meditasi mudra yang berjudul Forgiving Self. Sedikit bocoran, saya dan Jane sudah beberapa minggu ini rajin berlatih meditasi mudra ini setiap hari dan hasilnya luar biasa 🙂 jadi kami menyarankan agar para peserta bisa latihan meditasi mudra ini dengan teratur.
Dengan demikian program kolaborasi kami untuk tahun ini selesai. A deep gratitude to Jane, Nandinne, Fitri & Rimba Baca and all the participants, thank you so much for your trust and support.





Minggu lalu, Sabtu 12 Oktober 2019, saya dan Sari Dewi dengan sukses berhasil menggelar kelas kolaborasi yoga dan pound fit. Saya dan Sari sudah berteman sejak SMA; kami sama- sama lulusan SMA Tarakanita 1 di Pulo Raya, dan ketika kuliah kami sama-sama juga di FEUI. Jadi ketika dia sudah mengantongi sertifikat instruktur pound fit (yang disebut Pound Pro), saya terpikir untuk menggabungkan kedua kelas kami agar murid-murid kami bisa merasakan yoga atau pound fit pada satu sesi. Bagi saya pribadi saya ingin agar murid-murid saya terbuka untuk mencoba hal-hal baru dan lebih fleksibel; karena pada akhirnya “yoga off the mat” itu sama pentingnya dengan “yoga on the mat”🙂
Kelas Hatha Flow with Chandra KJ and Pound Fit by Sari Dewi ini adalah dua kelas yang digabung menjadi satu, yaitu saya memandu sesi pemanasan dan pendinginan dengan berbagai yoga asana dan Sari memandu sesi cardio yang high impact dengan rangkaian gerakan pound fit. Lokasi yang akhirnya kami pilih adalah area di luar Anicca Studio yang terletak di Jakarta Selatan. Kami sengaja ingin memberikan suasana yang berbeda dari biasanya; apalagi untuk kelas pound fit memang perlu tempat yang luas karena musik yang akan mengiringi biasanya hingar bingar.
Keseruan acara kami ini bisa terlihat jelas di foto-foto yang saya sertakan di sini. Singkat kata, kami betul-betul bahagia karena kelas kami sold out dan yang ikut adalah teman- teman, keluarga dan murid-murid kami. Selain itu kami juga berterima kasih karena didukung oleh Investree dan tentunya Anicca Studio. We really feel the love and we are very blessed to have that support.






Workshop kedua kami dalam seri ini sukses kami berikan pada minggu lalu, Sabtu 7 September di Rimba Baca, dengan mengangkat tema “Regret & Guilt”. Tema ini kedengarannya memang berat, tetapi sebenarnya kedua rasa ini bisa ada di hidup kita dalam skala yang berbeda-beda. Jika rasanya ringan, maka cara untuk melepaskannya biasanya juga mudah; tetapi yang ingin kami berikan pada workshop ini adalah cara release atau melepaskan rasa bersalah dan penyesalan yang sudah terasa di tubuh sebagai rasa tidak nyaman atau bahkan sakit.
Skema workshop ini berbeda dari workshop kami yang pertama pada seri ini; jadi setelah kami duduk hening selama beberapa menit untuk meditasi pembuka, Jane langsung menerangkan tentang apa saja yang akan dikerjakan pada tiga jam ke depan. Apalagi para peserta diminta untuk membawa alat mewarnai seperti pensil warna/krayon/spidol, jadi tentunya mereka ingin tahu apa yang akan dikerjakan sampai butuh alat-alat tersebut. Satu set kertas kerja yang nantinya akan diisi juga dibagikan di awal workshop. Setelah sesi informasi itu selesai, workshop pun langsung dimulai.
Sesi pertama dipandu oleh saya dengan sesi pemanasan untuk mempersiapkan tubuh masuk ke sesi yoga asana bagian pertama selama kira-kira 30 menit. Yoga sequence yang saya berikan cukup simple tetapi saya instruksikan untuk ditahan agak lama dan sambil menutup mata. Yoga asana yang saya berikan kebanyakan fokus pada kaki dan otot perut. Setelah asana bagian pertama selesai, para peserta kemudian diam sejenak dalam hening. Jane lalu mengambil alih sebagai fasilitator untuk memandu para peserta untuk melakukan doodling dengan tangan non dominan dan mencatat tiga hal (dengan tangan dominan tentunya), yaitu 1) apa yang dirasakan tubuh, 2) seperti apa rasa sensasi yang timbul, dan 3) emosi apa yang muncul. Jane hanya memberikan waktu sekitar 5 menit untuk sesi ini agar apa yang ditulis benar-benar jujur dan singkat.
Sesi kedua dan ketiga sama dengan sesi pertama. Tujuannya memang agar peserta bisa semakin masuk ke dalam dirinya sendiri, go deeper inside yourself, dari mulai tubuh, pikiran dan emosi. Terasa betul bahwa semua peserta semakin terhubung dengan dirinya sendiri, sampai-sampai ketika sesi yoga asana berakhir sayapun minggir dari ruangan tempat workshop karena ingin memberikan privasi kepada para peserta yang sedang berproses menggali diri. Dan ketika masuk bagian relaksasi, semua peserta tampak tidur dengan nyaman.
Setelah savasana selesai, Jane membangunkan para peserta untuk kembali duduk dan mengisi kertas kerja. Kali ini para peserta diajak untuk menuliskan action plan yang akan dilakukan agar tubuh dapat terasa semakin nyaman dan membuat afirmasi yang bisa diucapkan setiap hari. Setelah itu saya kembali mengambil alih sebagai fasilitator untuk memberikan panduan sesi terakhir yaitu meditasi dengan menggunakan mudra atau gerakan tangan yang bernama Kanishta Shahira Mudra.
Di penghujung acara seperti biasa kami menerima sesi tanya jawab, dan yang selalu membuat saya ekstra bahagia adalah mendengar sharing dari para peserta. 😊
Terima kasih sekali lagi yang teramat sangat saya sampaikan sekali lagi kepada teman- teman peserta, Jane yang sekarang sudah membuka studio yoga bernama Anahata di Kemang, Nandinne dari Anahata yang membantu kami mempersiapkan tempat dan mengambil foto, dan Rimba Baca yang telah menyediakan tempatnya yang nyaman untuk kami pakai workshop. Sampai jumpa di workshop kami berikutnya!

Semua materi yang saya berikan ketika saya mengajar datang dari latihan personal saya; begitu juga tentunya dengan materi yang saya berikan pada workshop yoga & essential oil. Bagi peserta yang ikut workshop pertama mungkin bisa melihat bahwa tema yang saya berikan sebenarnya bersambung, tetapi tentu saja bisa diikuti secara individual karena menurut saya pada akhirnya kita akan dapat ilmu yang memang sudah waktunya kita dapatkan pada saat ini.
Setelah melewati workshop pertama dengan essential oil (EO) Patchouli yang tujuannya agar kita merasa nyaman dengan tubuh kita, bulan Juli ini saya mengadakan workshop yang kedua dengan memakai essential oil Eucalyptus. Ini adalah EO yang tentunya sudah tidak asing lagi namanya, tetapi mungkin banyak yang tidak tahu Eucalyptus mempunyai kualitas untuk membantu kita merasakan grounding dan mantap dengan diri kita sendiri, orang- orang lain, dan pekerjaan kita. Disini tampak jelas bahwa kualitasnya lebih luas daripada Patchouli yang ruang lingkupnya hanya tubuh kita sendiri saja. Dengan Eucalyptus ini saya ingin mengajak agar para peserta bisa merasakan grounding, balanced dan centered pada saat kita berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.

Rasa grounding, balanced dan centered itu memang sesuatu yang abstrak, tetapi menurut saya penting untuk bisa dirasakan agar sehari-hari kita bisa fokus menjalankan jadwal dan rencana, dan apa yang kita kerjaan ada hasilnya yang nyata. Karena abstrak itulah maka alat yang paling mudah digunakan agar rasa-rasa itu bisa tercapai adalah melalui gerak badan. Oleh sebab itulah kedua workshop yoga & essential oil yang saya berikan selalu menggunakan tubuh untuk bergerak, dan gerakan-gerakan yang dipakai tentu saja adalah yoga asana.

Rangkaian yoga asana yang saya berikan tidak ada yang rumit, tetapi tetap membuat tubuh basah kuyup oleh keringat. Kombinasi yang saya berikan juga bervariasi dengan tujuan agar pikiran bisa ingat untuk kembali ke fokus grounding di tengah-tengah melakukan berbagai yoga asana ini. Savasana yang panjang di akhir sesi semakin membulatkan rasa seimbang pada seluruh bagian jiwa, raga, energi dan perasaan.




Terima kasih banyak untuk semua teman-teman peserta yang sudah meluangkan waktu untuk ikut workshop ini... terima kasih atas kepercayaannya dan partisipasinya, I am humbled and grateful to be part of your self-exploration journey! 🙂

Dua minggu yang lalu saya dan Jane Setiawan menggelar workshop keempat kami yang berjudul “A Series of Mind, Body and Emotion Practice – Disappointment and Anger”. Untuk beberapa teman-teman yang sering mengikuti workshop kami mungkin menyadari bahwa ini adalah seri baru. Rencananya kami akan mengadakan dua atau tiga workshop lagi di dalam seri ini. Semoga bisa terwujud ya...😊
Workshop ini memang berbeda dengan ketiga workshop kami sebelumnya yang selain ada sesi latihan yoga asana, juga ada porsi moving meditation nya. Sedangkan pada workshop ini yang dilatih justru konsentrasi. Latihan konsentrasi dan fokus inilah yang kemudian digunakan untuk menggali kedua emosi yang menjadi judul dari workshop ini, yaitu disappointment (kekecewaan) dan anger (kemarahan). Pada workshop ini, Jane memandu sesi meditasi dan fokus, dan saya memandu sesi latihan yoga asana.
Pada sesi yang dipandu oleh Jane, dia membagikan beberapa kertas kerja khusus untuk membantu para peserta menggali emosi mereka dan menuangkannya dalam tulisan. Ide untuk mengingat emosi-emosi tersebut bisa diambil dari mana saja, dari berbagai benda yang ada di ruangan lantai dua Rimba Baca. Kemudian baru emosi-emosi tersebut dilepaskan lewat latihan yoga asana yang berkeringat. Khusus untuk workshop ini saya memberikan jenis yoga Vinyasa Flow; jadi kami terus bergerak berpindah-pindah dari satu asana ke asana berikutnya sambil menjaga agar napas tetap stabil. Sesekali saya berikan break dengan masuk ke Child’s Pose, bahkan duduk dan minum sebentar.
Selesai sesi yoga asana yang ditutup dengan meditasi, Jane kembali memegang peranan sebagai instruktur dan para peserta kembali berkutat dengan kertas kerja masing-masing. Kertas kerja ini sifatnya personal jadi tidak untuk dikumpulkan ke kami dan sebaiknya juga tidak diperlihatkan kepada orang lain.
Workshop ini kami tutup dengan closing circle, jadi kami semua duduk membentuk lingkaran dan meditasi sejenak. Dengan adanya meditasi di lingkaran pada awal dan akhir workshop terasa sekali bahwa apa yang kami share di sini hanya untuk di sini saja dan bukan untuk dibahas di luar workshop dengan orang-orang lain. Ketika sesi tanya jawab dan sharing tiba, beberapa peserta menceritakan tentang apa yang mereka rasakan, and I am deeply honored and grateful to be part of that journey. Terima kasih teman-teman semua yang sudah ikut workshop kami ini, terima kasih untuk kepercayaanya dan dukungannya. Terima kasih juga tentunya untuk Jane untuk semuanya (akan panjang kalau perlu disebutkan satu-satu 😊). Sampai jumpa di workshop kami berikutnya!